Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT-AS )


 2020-03-02 |  Root

        Program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) merupakan program nasional dimulai sejak tahun 1996/1997, dilaksanakan secara lintas sektoral yang terkait dalam Forum Koordinasi PMT-AS dan  mempunyai  dasar hukum  INPRES  No. 1 Tahun 1997 tentang Program  Makanan Tambahan  Anak Sekolah  (Depkes, 2000). Pemantapan  pelaksanaan  PMT-AS  dilakukan pada tahun 2010 yaitu dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan makanan yang berupa kudapan dari bahan pangan lokal melalui pemberdayaan masyarakat (Kemendagri, 2010).          Tujuan  dilaksanakannya  program makanan  tambahan anak sekolah adalah  meningkatkan ketahanan fisik anak SD dan sederajat melalui perbaikan keadaan  gizi dan  kesehatan  sehingga dapat mendorong minat dan kemampuan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi  (Depkes RI, 2005). Siswa yang mengalami kelelahan fisik tidak bisa belajar dengan baik karena saraf sensorik dan motoriknya lemah, sehingga rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Siswa yang sakitnya lama menyebabkan sarafnya akan bertambah lemah, sehingga tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, siswa tertinggal jauh dalam pelajarannya (Ahmadi dan Supriyono, 2004). Pengaruh  makanan  terhadap  perkembangan otak  yaitu makanan  yang tidak cukup mengandung zat-zat gizi dan berlangsung lama akan menyebabkan 3 perubahan metabolisme dalam otak. Perubahan metabolisme tersebut adalah jumlah sel dalam otak berkurang. Perkembangan otak yang tidak sempurna menyebabkan kognitif yang kurang, perkembangan IQ terlambat dan kemampuan belajar terganggu yang berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak dan prestasi belajar anak (Soekirman, 2000). Hasil penelitian Kustiyah (2006), di Sekolah Dasar di wilayah Jawa Barat Kabupaten Bogor menunjukkan intervensi makanan kudapan dapat meningkatkan secara nyata (p<0,01) kadar glukosa darah anak SD. Glukosa sebagai sumber energi yang merupakan syarat utama berfungsinya otak. Glukosa darah sangat penting bagi perkembangan dan aktivitas sel-sel otak yaitu kemampuan untuk mengingat. Kemampuan mengingat dapat menentukan prestasi belajar seseorang. Konsentrasi belajar yang baik juga dapat memberikan efek positif pada prestasi belajar anak sekolah dasar (Benton dan Parker, 1998).